Jumat, 24 Mei 2019

makalah ekonomi mikro


MAKALAH
MIKRO EKONOMI LANJUTAN
TENTANG
”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR  PENYEBAB DAN HAL YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN  TERHADAP TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL DI SUMATERA BARAT PADA TAHUN 2018 ”
LOGO UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2
NAMA              : AIDIL PUTRA
NIM                   : 18179002
PRODI             : MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI
DOSEN PENGANPU : Dr. DRI ULFA SENTOSA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Keberhasilan    pengembangan    sektor    kepariwisataan, berarti    akan meningkatkan   perannya   dalam   penerimaan   daerah,   dimana   kepariwisataan merupakan  komponen  utamanya  dengan  memperhatikan  juga  faktor-faktor  yang mempengaruhinya,   seperti:   jumlah   obyek   wisata   yang   ditawarkan,   jumlah wisatawan  yang  berkunjung  baik domestik  maupun  internasional  dan  tingkat hunian hotel (Pendit,2003)
Hotel merupakan suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian  atau  seluruh  bangunan  untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan,  makan  dan  minuman,  serta jasa  penunjang  lainnya  bagi  umum  yang dikelola secara komersial. Pada dasarnya orang-orang yang menggunakan jasa hotel   adalah   orang-orang   yang   datang dengan  berbagai  ragam  tujuan,  dengan maksud serta keperluan tertentu.
Hotel  memilih  domisilinya  di  tempat-tempat  atau  di  lingkungan  daerah  yang memiliki  potensi  untuk  dikunjungi,  seperti panorama,    adat    istiadat    masyarakat, sosial, budaya, pusat pemerintahan, pusat perdagangan,    keagamaan, dan pusat kegiatan  spiritual.  Hotel  sebagai  tempa ttinggal sementara harus dapat mencerminkan pola kebudayaan masyarakatnya.  Hotel  diharapkan  dapat mencerminkan    suasana    hunian    yang dinamis,  kreatif,  serta  dapat  menciptakan suasana   yang   aman   di   tengah-tengah suasana    yang    banyak    campuran    di daerah dimana hotel berlokasi
Dewasa ini bisnis perhotelan semakin tumbuh dan berkembang di Indonesia. Di banyak daerah jumlah tujuan (destinasi) pariwisata dan hotel semakin bertambah. Situasi yang sama juga tampak di kota-kota  besar,  hotel dan bisnis pelayanan jasa atau sejenisnya semakin tumbuh subur dan semakin bertambah. Persoalannya ialah bagaimana mengelola industri jasa di atas menjadi sebuah  perdagangan jasa yang maju
Sebagai industri yang bergerak dalam  bidang jasa industri perhotelan di wilayah Sumatera Barat  juga tidak dapat lepas dari kondisi  persaingan yang ketat untuk memperebutkan  pasar yang sedang menunjukan pertumbuhan ini. Dalam tabel Tingkat Hunian Hotel di Sumatera Barat yang berkunjung di daerah wisata Sumatera Barat menunjukkan perbedaan THK pada setiap bulannya
Tingkat kunjungan wisatawan pada daerah Sumatera Barat cendrung berbeda-beda setiap bulannya. Hal ini menjadi hal yang sangat krusial dalam bisnis pariwisata terutama pada hunian hotel, sebab dunia bisnis pasti menginginkan agar tingkat hunian hotelnya terus meningkat setiap bulannya agar keuntungan hotel yang mereka kelola dapat terus signifikan.
Tabel 1.
Data statistik menunjukkan Tingkat hunian kamar di hotel Non berbintang di Sumatera Barat
Bulan
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel di Sumatera Barat Non Berbintang
Januari
28.55
Februari
31.92
Maret
29.55
April
30.98
Mei
30.37
Juni
33.18
Juli
35.13
Agustus
30.65
September
28.51
Oktober
31.37
November
32.27
Desember
34.39

Tabel 1 dapat dilihat bahwa Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Non berbintang di Sumatera barat mengalami perbedaan pada setiap bulannya, pihak hotel tentu tidak menginginkan hal ini terjadi, sudah barang tentu ada hal-hal tertentu yang menyebabkan hal ini terjadi.



Tabel 2. Data Jumlah Wisman melalui Bandara Internasional Minangkabau dan Tingkat Hunian Kamar pada Hotel Berbintang di Sumatera Barat Tahun 2018
No
Bulan
Jumlah Wisman Melalui BIM
Persentase
Kenaikan/ penurunan
THK
Rata-rata
Persentase
Kenaikan/ Penurunan
1
Januari
3.246 orang
   62,39 Persen
47,34 persen
17,55 poin
2
Februari
4.459 orang
   37,37 persen
53,51 persen
  6,17 poin
3
Maret
 5.057 orang
 13,41 persen
53,47 persen
   0,04 poin
4
April
4.286 orang
  15,25 persen
60,30 persen
   6,83 poin
5
Mei
2.995 orang
30,12 persen
49,96 persen
10,34 poin
6
Juni
4.549 orang
51,53 persen
48,57 persen
   1,39 poin
7
Juli
5.099 orang
12,09 persen
58,09 persen
   9,52 poin
8
Agustus
5.602 orang
   9,84 persen
59,45 persen
   1,36 poin
9
September
5.094 orang
     9,07 persen
56,81 persen
   2,64 poin
10
Oktober
4.050 orang
20,49 persen
65,06 persen
   8,25 poin
11
November
5.118 orang
  26,21 persen
65,35 persen
   0,87 poin
12
Desember
4.801 orang
   6,19 persen
58,59 persen
  6,76 poin
Sumber : Data BPS Sumatera Barat 2018

Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dan Pelabuhan Teluk Bayur bulan Januari 2018 mencapai 3.246 orang, mengalami penurunan 62,39 persen dibanding wisman Desember 2017 yang tercatat sebanyak 8.568 orang. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Januari 2018 mencapai rata-rata 47,34 persen; mengalami penurunan 17,55 poin dibanding TPK bulan Desember 2017 sebesar 64,89 persen.
    Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan Februari 2018 mencapai 4.459 orang, mengalami peningkatan 37,37 persen dibanding wisman Januari 2018 yang tercatat sebanyak 3.246 orang. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Februari 2018 mencapai rata-rata 53,51 persen; mengalami peningkatan 6,17 poin dibanding TPK bulan Januari 2018 sebesar 47,34 persen.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan Maret 2018 mencapai 5.057 orang, mengalami peningkatan 13,41 persen dibanding wisman Februari 2018 yang tercatat sebanyak 4.459 orang.Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Maret 2018 mencapai rata-rata 53,47 persen; mengalami penurunan 0,04 poin dibanding TPK bulan Februari 2018 sebesar 53,51 persen.
    Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan April 2018 mencapai 4.286 orang, mengalami penurunan 15,25 persen dibanding wisman Maret 2018 yang tercatat sebanyak 5.057 orang. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan April 2018 mencapai rata-rata 60,30 persen; mengalami peningkatan 6,83 poin dibanding TPK bulan Maret 2018 sebesar 53,47 persen.
    Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan Mei 2018 mencapai 2.995 orang, mengalami penurunan 30,12 persen dibanding wisman April 2018 yang tercatat sebanyak 4.286 orang.Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Mei 2018 mencapai rata-rata 49,96 persen; mengalami penurunan 10,34 poin dibanding TPK bulan April 2018 sebesar 60,30 persen.
    Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan Juni 2018 mencapai 4.549 orang, mengalami peningkatan 51,53 persen dibanding wisman Mei 2018 yang tercatat sebanyak 3.002 orang. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Juni 2018 mencapai rata-rata 48,57 persen; mengalami peningkatan 1,39 poin dibanding TPK bulan Mei 2018 sebesar 49,96 persen.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan Juli 2018 mencapai 5.099 orang, mengalami peningkatan 12,09 persen dibanding wisman Juni 2018 yang tercatat sebanyak 4.549 orang.  Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Juli 2018 mencapai rata-rata 58,09 persen; mengalami peningkatan 9,52 poin dibanding TPK bulan Juni 2018 sebesar 48,57 persen
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan Agustus 2018 mencapai 5.602 orang, mengalami peningkatan 9,,84 persen dibanding wisman Juli 2018 yang tercatat sebanyak 5.100 orang. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Agustus 2018 mencapai rata-rata 59,45 persen; mengalami peningkatan 1,36 poin dibanding TPK bulan Juli 2018 sebesar 58,09 persen
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan September 2018 mencapai 5.094 orang, mengalami penurunan 9,07 persen dibanding wisman Agustus 2018 yang tercatat sebanyak 5.602 orang. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan September 2018 mencapai rata-rata 56,81 persen; mengalami penurunan 2,64 poin dibanding TPK bulan Agustus 2018 sebesar 59,45 persen
    Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan Oktober 2018 mencapai 4.050 orang, mengalami penurunan 20,49 persen dibanding wisman September 2018 yang tercatat sebanyak   5.094 orang. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan  Oktober 2018 mencapai rata-rata 65,06 persen; mengalami peningkatan 8,25 poin dibanding TPK bulan September 2018 sebesar 56,81 persen.
    Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Akomodasi Lainnya di Sumatera Barat bulan Oktober 2018 mencapai rata-rata 31,37 persen; mengalami peningkatan 2,86 poin dibanding bulan September 2018 sebesar 28,51 persen.Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang bulan Oktober 2018 tercatat selama 1,50 hari; naik 0,06 hari bila dibandingkan dengan September 2018 yang tercatat 1,44 hari.
    Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan November 2018 mencapai 5118 orang, mengalami peningkatan 26,21 persen dibanding wisman Oktober 2018 yang tercatat sebanyak 4.055 orang.
 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan November 2018 mencapai rata-rata 65,35 persen; mengalami  peningkatan 0,29 poin dibanding TPK bulan Oktober 2018 sebesar 65,06 persen. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Akomodasi Lainnya di Sumatera  Barat bulan November 2018 mencapai rata-rata 32,24 persen; mengalami peningkatan 0,87 poin dibanding bulan Oktober 2018 sebesar 31,37  persen.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan Desember 2018 mencapai 4.801 orang, mengalami penurunan 6,19 persen dibanding wisman November 2018 yang tercatat sebanyak 5.118 orang.
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Desember 2018 mencapai rata-rata 58,59 persen; mengalami penurunan 6,76 poin dibanding TPK bulan November 2018 sebesar 65,35 persen.Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Akomodasi Lainnya di Sumatera Barat bulan Desember 2018 mencapai rata-rata 34,39 persen; mengalami peningkatan 2,15 poin dibanding bulan November 2018 sebesar 32,24 persen
Melalui  makalah ini penulis akan berusaha untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang kemungkinan menjadi faktor penyebab terjadinya peningkatan ataupun penurunan terhadap  Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel di Sumatera barat.







B.        Rumusan Masalah
            Dalam pembuatan makalah ini penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sabagai berikut:
1.      Apa saja penyebab terjadinya peningkatan ataupun penurunan pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel  di Sumatera barat
2.      Apa saja faktor yang mempengaruhi Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel di Sumatera barat?
C.       Tujuan
  1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya peningkatan ataupun penurunan pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel di Sumatera barat.
  2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel di Sumatera barat.











BAB II
PEMBAHASAN

A. Permintaan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel
Permintaan adalah jumlah keseluruhan barang/jasa yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga. Hukum permintaan menyatakan bahwa ketika harga suatu barang meningkat, ceteris paribus (faktor-faktor lain dianggap tetap), jumlah permintaan barang tersebut akan menurun (berbanding terbalik/negatif). Permintaan yang terjadi dipasar ini dipengaruhi beberapa faktor lho, antara lain:
1. Harga barang itu sendiri
 Apabila harga suatu barang semakin murah, kecenderungan permintaan terhadap barang itu akan bertambah dan hal ini berlaku juga sebaliknya.
2. Harga barang lain yang terkait
    Apabila harga barang substitusinya turun, maka permintaan akan barang tersebut akan berkurang. Namun apabila harga barang substitusinya naik, maka permintaan barang tersebut akan meningkat. (hubungannya positif/berbanding lurus). Apabila harga barang komplementernya turun, maka permintaan akan barang tersebut akan menurun pula. Sebaliknya, jika harga barang komplementernya naik, maka permintaan akan barang tersebut akan meningkat pula. (hubungannya negatif/berbanding terbalik)
3. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan konsumen akan menunjukkan daya beli konsumen. Semakin tinggi tingkat pendapatan, maka semakin meningkat permintaan terhadap suatu barang tersebut. Contohnya, di suatu pasar malam terdapat bazar baju murah, Caca memutuskan hanya membeli satu baju seharga Rp80.000 karena Caca hanya memiliki penghasilan Rp500.000/bulan. Berbeda dengan Amed yang berpenghasilan Rp1.000.000/bulan, ia membeli 2 baju di bazar tersebut.
4. Selera Masyarakat
Selera atau kebiasaan juga akan memengaruhi permintaan suatu barang. Jika selera masyarakat terhadap suatu barang meningkat, permintaan terhadap barang itu pun akan meningkat.
Contoh, celana panjang sedang menjadi tren sekarang, akibatnya jumlah permintaan model celana panjang cenderung meningkat.
5. Jumlah Penduduk
Semakin besar jumlah penduduk suatu daerah atau negara, semakin tinggi permintaan suatu barang untuk harga tertentu.
6. Prediksi Konsumen tentang Kondisi pada Masa Mendatang.
Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik, adalah lebih baik membeli barang itu sekarang, sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa mendatang.
Seperti yang telah diketahui bahwa produk utama (core product) dari sebuah hotel adalah kamar. Jadi untuk melihat ramai atau tidaknya suatu hotel yaitu melalui tingkat hunian kamarnya. Menurut Sugiarto (2002: 55), tingkat hunian kamar adalah suatu keadaan sampai sejauh mana jumlah kamar terjual jika diperbandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang mampu untuk terjual.
Selain itu, menurut Damardjati (2006: 121), tingkat hunian kamar adalah presentase dari kamar-kamar yang terisi atau disewakan kepada tamu yang dibandingkan dengan jumlah seluruh kamar yang disewakan, yang diperhitungkan dalam jangka waktu, misalnya harian, bulanan, atau tahunan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tingkat hunian kamar adalah presentase dari jumlah kamar yang terjual dibagi dengan jumlah total semua kamar yang tersedia.
Untuk mencari persentase kamar, dapat digunakan rumusan menurut Sugiarto (2002: 56) sebagai berikut:
1.    Persentase Rata-Rata Tingkat Hunian Hotel
                                              Jumlah kamar yang terjual
a.    % single occupancy   =    ----------------------------          x 100% ….… (7)
                                              Jumlah kamar yang tersedia
                                                 Jmlh tamu – jmlh kamar yg terjual
b.    % double Occupancy =      -----------------------------------    x100%…(8)
                                                 Jumlah kamar yang terjual

B. Pentingnya Tingkat Hunian Kamar 
Menurut Sugiarto (2002: 10) tingkat hunian kamar adalah tolok ukur keberhasilan sebuah hotel. Sementara itu, Sulastiyono (2008: 269) menuliskan bahwa usaha hotel yang berhasil akan terlihat dari tingkat hunian kamarnya. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan tingginya tingkat hunian kamar sebuah hotel, secara tidak langsung akan mempengaruhi penghasilan dan keuntungan hotel tersebut. Menurut prakteknya, hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan kamar hampir setengah dari pendapatan hotel rata-rata.  

C.   Penyebab kenaikan ataupun penurunan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel
1. Hari Libur Selama Tahun 2018
Berdasarkan pada data tabel 1 terjadi kenaikan dan penurunan yang tidak beraturan pada setiap bulannya, penulis akan mencoba untuk menganalisa pada tanggal-tanggal penting yang terjadi pada tahun 2018 yang kemungkinan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan atupun penurunan pada tingkat hunian hotel di Sumatera Barat.
Selamat tahun 2018 pemerintah telah menetapkan tanggal libur nasional selama tahun 2018 sebagai berikut :
1)        Tahun Baru 2018 – 1 Januari 2018 (Senin)
2)        Tahun Baru Imlek 2018 (2567) / Tahun Baru China 2018 – 16 Februari 2018 (Jumat)
3)        Hari Raya Nyepi 2018 (Tahun Baru Saka 1940) – 18 Maret 2018 (Minggu)
4)        Jumat Agung 2018 (Wafat Yesus Kristus) – 30 Maret 2018 (Jumat)
5)        Paskah 2018 (Kebangkitan Yesus Kristus) – 1 April 2018 (Minggu)
6)        Isra’ Mi’raj 2018 – 13 April 2018 (Jumat)
7)        Hari Buruh 2018 – 1 Mei 2018 (Selasa)
8)        Kenaikan Isa Almasih 2018 – 10 Mei 2018 (Kamis)
9)        Hari Raya Waisak 2018 – 29 Mei 2018 (Selasa)
10)    Hari Raya Idul Fitri 2018 (1439 H)/Lebaran 2018 – 15-16 Juni 2018 (Jumat – Sabtu)
11)    Hari Kemerdekaan RI 2018 – 17 Agustus 2018 (Jumat)
12)    Hari Raya Idul Adha 2018 (Idul Kurban 2018) – 22 Agustus 2018 (Rabu)
13)    Tahun Baru Islam 2018 – 11 September 2018 (Rabu)
14)    Maulid Nabi Muhammad SAW – 20 November 2018 (Selasa)
15)    Hari Raya Natal 2018 – 25 Desember 2018 (Selasa).
2. Libur Akhir semster
Jika dianalisa data yang terilhat apada BPS 2018 terutama pada liburan akhir semester ganjil minggu ke 4 bulan Desember 2018  tidak terjadi peningkatan jumlah kunjungan ke BIM dan tingkat penghunian kamar hotel pada bulan tersebut malahan tidak mengalamai kenaikan yang terlalu signifikan,  akan tetapi liburan pada akhir smester genap malahan mengalami kenaikan yang cukup signifikan
3. Libur Perayaan hari besar keagamaan
Pada liburan panjang yang terjadi selama liburan keagamaan misalnya pada libur Idul Fitri dimana pada saat yang bersamaan ada tradisi dari perantau minang untuk melakukan mudik kedaerah asal, menyebabkan terjadi kenaikan yang cukup signifikan terhadap tingkat penghunian kamar hotel di Sumatera Barat. Akan tetapi perayaan liburan keagamaan kristiani yakni liburan natal dan tahun baru tidak mengalami kenaikan yang signifikan malahan mengalami penurunan.
Hal ini seperti terjadi karena mayoritas penduduk Sumatera Barat  yang mayoritas  Islam sehingga banyak perantau yang tidak pulang ke ranah minang, kemudian juga dikarenakan Sumatera Barat tidak melakukan perayaan yang berlebihan terhadap hari raya Natal dikarenakan jumlah pemeluk agama kristiani di Sumatera Barat yang cukup sedikit.’




D.    Faktor yang mempengaruhi Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel
Bisnis di bidang perhotelan khususnya, merupakan industri jasa yang fluktuatif, karena tinggi rendahnya tingkat hunian hotel sangatlah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor dari luar perusahaan yang mencakup faktor sosial, ekonomi, dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor internal disini merupakan faktor dari dalam hotel itu sendiri yaitu; fasilitas-fasilitas apa saja yang dimiliki oleh hotel dan juga kualitas pelayanannya. Salah satu jasa yang diberikan pihak hotel adalah menyediakan karaoke dan resto atau sebagai tempat makan dan minum.
Foster dalam saduran Yoeti (2003: 55) menuliskan bahwa harga, kompetisi, dan permintaan sangat mempengaruhi penjualan kamar. Sedangkan menurut Suartana (2006: 5), faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan tingkat hunian kamar antara lain adalah lokasi hotel, fasilitas hotel, pelayanan kamar, harga kamar dan promosi.
Selain itu, dapat pula ditemukan dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan sebagai berikut:
    Tsaia et. al (2005), dalam penelitiannya menyatakan bahwa tarif kamar, fasilitas berjudi per ruang dan adanya kamar utama adalah tiga faktor penentu dari fungsi penawaran ruang kamar yaitu untuk memenuhi tingkat hunian kamar.
    Chih-Min Pan (2006) melakukan penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa permintaan pasar dan kapasitas kamar hotel mempengaruhi tarif kamar. Sehingga dengan sesuaian penelitian Tsaia et. al (2005) yang menyatakan bahwa tarif kamar berpengaruh terhadap fungsi penawaran ruang kamar atau bertambahnya tingkat hunian hotel, maka secara tidak langsung permintaan pasar dan kapasitas kamar hotel juga mempunyai hubungan dengan partumbuhan tingkat hunian kamar.
    Pratiwi dan Wahyudin (2007), dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat hunian hotel antara lain  fasilitas, kualitas pelayanan, kepuasan, promosi, dan harga.
1)        Fasilitas  adalah  sumberdaya  fisik  yang  ada  sebelum  suatu  jasa  dapat ditawarkan  kepada  konsumen  (Tjiptono,1997),  Sedangkan  menurut  Sulastiyono (2006)  fasilitas  adalahpenyediaan  perlengkapan –perlengkapan   fisik  untuk memberikan   kemudahan   kepada  para  tamu  dalam  melaksanakan  aktivitas –aktivitasnya  atau  kegiatan –kegiatannya,  sehingga  kebutuhan -kebutuhan  tamu dapat  terpenuhi  selama  tinggal  dihotel.  Segala  fasilitas yang  ada  yaitu  kondisi fasilitas, kelengkapan, desain interior dan eksterior serta kebersihan fasilitas harus diperhatikan terutama yang berkaitan erat dengan apa yang dirasakan atau didapat konsumen  secara  langsung.  Pelanggan  memang  harus  dipuaskan,  sebabkalau tidak puas akan meninggalkan perusahaan dan menjadi pelanggan pesaing. Hal ini akan  menyebabkan  penurunan  penjualan  dan  pada  gilirannya  akan  menurunkan laba.
2)        Kualitas  pelayanan  merupakan  tolak  ukur  dalam  menentukan  keputusan pembelian   atau   tidaknya   seorang   pengguna   jasa,   karena   melalui   kualitas pelayanan  akan  dapat  menilai  kinerja  dan  merasakan  puas  atau  tidaknya  mereka dengan layanan yang diberikan oleh penyedia jasa. Zeithaml  (1998)  berpendapat  bahwa  kualitas  pelayanan  merupakan  hasil penilaian    pelanggan    atas    keunggulan    atau    keistimewaan    layanan    secara menyeluruh.  Bila  penilaian  yang  dihasilkan  merupakan  penilaian  yang  positif, maka kualitas layanan ini akan berdampak pada terjadinya keputusan pembelian.
Banyak faktor dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan. Menurut Prasetio (2012), kualitas pelayanan dan harga merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan. Sedangkan pada penelitian Masruri dan Marliani (2012) dan Haryanto (2013), fasilitas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud mengembangkan hasil ketiga peneliti tersebut menjadi topik yang baru.
Kualitas pelayanan merupakan besarnya perbedaan antara harapan atau keinginan pelanggan dengan tingkat persepsi mereka (Laksana,2008:88). Kualitas pelayanan sangat tergantung dari kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan, hal ini memberikan gambaran bahwa kualitas pelayanan meliputi pegawai yang memberikan pelayanan kepada pelanggan.
3)        Kepuasan
Aydin  dan   Ozer  (2004)  dalam  Retansa   (2009)  menjelaskan  pentingnya kualitas pelayanan untuk meningkatkan profitabilitas dan kesuksesan perusahaan. Kualitas  pelayanan  berkaitan  dengan  keputusan  pelanggan,  kesempurnaan  total atau  superioritas  pelayanan  perusahaan.  Untuk  lebih  memahami  konsep  kualitas pelayanan, adapun beberapa atribut yang harus kita mengerti terlebih dahulu yang berkaitan dengan kualitas pelayanan, yaitu:1.Pelayanan merupakan sesuatu yang tak terlihat (intangible). 2.Pelayanan    merupakan    sesuatu    yang    heterogen,    artinya    dalam pengukuran  kinerja  suatu  jasa  sering  bervariasi,  tergantung  dari  sisi penyediajasa dan pelanggan.3.Pelayanan tidak dapat ditempatkan dalam suatu kinerja waktu tertentu, sehingga penilaiannya dilakukan sepanjang waktu.
4)        Promosi
Promosi yang digunakan menarik para wisatwan untuk mencoba paket hunian yang akan diberikan oleh para pengelola hotel
5)        Harga
Harga merupakan segala sesuatu yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keunggulan yang ditawarkan oleh bauran pemasaran perusahaan (Cannon, dkk,2008:176). Agar sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat.
Agar sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat dirubah dengan cepat (Tjiptono,2008:151).
Pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula. Demikian pula sebaliknya, pada tingkat harga tertentu, nilai suatu barang atau jasa akan meningkat seiring dengan meningkatnya manfaat yang dirasakan. Seringkali pula dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan kemampuan suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan barang atau jasa substitusi (Tjiptono,2008:152).
Dari pernyataan-pernyataan dan beberapa penelitian yang telah diakukan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tarif atau harga kamar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat hunian kamar.























BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Tingkat  hunian  hotel  merupakan  tolak  ukur  keberhasilan  hotel  dalam menjual produknya, salah satunya adalah kamar. Tingkat hunian hotel dipengaruhi oleh beberapa faktor yang datang dari luar dan dalam hotel:
1. Internal
1) Letak lokasi hotel
2) Fasilitas kamar
3) Jenis makanan yang disajikan
4) Kenyamanan
2. Eksternal.
1) Hari libur sekama tahun  2018
2) Libur akhir semester
3) Libur  perayaan hari besar keagamaan
 Keseluruhan faktor tersebut ternyata bisa mempengaruhi permintaan Tingkat Penghunian Kamar Hotel di sumatera barat.

 B. SARAN
1.      Bagi pembuat kebijakan sebaiknyanya menyediakan sarana dan prasana pendukung yang baik untuk pengembangan pariwisata di Sumatera BArat sehingga pelaku bisnis Hotel dapat memanfaatkannya sebaik mungkin
2.      Bagi pelaku bisnis perhotelan, manfaatkanlah pengembangan pariwisata yang telah dan lagi di kembangkan oleh pemerintahan daerah untuk menyediakan hunian hotel yang mewah dan nyaman serta akses yang pelayanan yang mudah dan murah sehingga para wisatawan bisa nyaman dalam berpariwisata



3.      Dalam momen liburan yang telah ditetapkan oleh pemerintah seharusnya para pelaku bisnis hotel dapat memanfaatkan monent tersebut untuk meningkatkan penawaran mereka kepada wisatawan dengan menyediakan paket hunian yang mampu menarik para wisatawan untuk menginap di hotel mereka
4.      Para Pengusaha hotel harus mampu menciptakan bisnis hunia ini menjadi bisnis yang mneggiurkan sehingga tingkat permintaan terhadap (Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dapat meningkatkan setiap bulannya tanpa harus menunggu tanggal ataupun momen liburan













DAFTAR PUSTAKA
Aydin  dan  Ozer.  (2004).  Dalam  Retansa.  (2009).  Dalam  Budiyanto  dan Yunus. (2014).  "Pengaruh  Kualitas  Pelayanan  Dan  Fasilitas  Terhadap  Kepuasan Pelanggan". Skripsi. Surabaya: STIESIA
Berry,L.,  Zeithaml,V.,  Parasuraman,A.,  (1998)’The  Service-Quality  Puzzle’,Business Horizons.
Cannon,  Joseph  P.,  William  D.  Perreault  Jr.  dan  Jerome  McCarthy.  2008.  Alih         Bahasa  :  Diana  Angelica  dan  Ria  Cahyani. Dasar-Dasar  Pemasaran  : Pendekatan  Manajerial  Global.  Buku  2.  Edisi  16.  Salemba  Empat. Jakarta
Damanik,  Janianton.  (2006). Perencanaan  Ekowisata.Yogyakarta:  C.V  Andi OFFSET
Damardjati,  R.S.  (2006). Istilah-istilah  Dunia  Pariwisata.  Jakarta  :  PT. Pradnya Paramita
Pendit, S Nyoman. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya Paramitag
Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta
Tjiptono, Fandy. 1998. “Strategi Pemasaran” Yogyakarta: Andi Offset
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi 3. Andi: Yogyakarta.
Sugiarto, Endar, 2002. Hotel Front Office Administration (Administrasi Kantor Depan Hotel), Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Yoeti, A Oka (2006). Tours and Travel. Jakarta : PT PRADNYA PARAMITA
Atmawati, R dan M, Wahyudin. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Matahari Departement Store Di Solo Grand Mall.Surakarta: Jurnal Daya Saing, Program MM-UMS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas online tahap 2 Tentang Pajak, Perdagangan dan Kerjasama Internasional

TUGAS ONLINE PERIODE 3 APRIL 2020 S/D 16 APRIL 2020 Kelas   : XI IPA & IPS Mapel : Ekonomi Guru    : Aidil Putra, S.Pd ...