MAKALAH
MIKRO EKONOMI LANJUTAN
TENTANG
”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB DAN HAL YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TERHADAP TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL
DI SUMATERA BARAT PADA TAHUN
2018 ”

NAMA :
AIDIL PUTRA
NIM :
18179002
PRODI :
MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI
DOSEN PENGANPU : Dr. DRI ULFA SENTOSA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keberhasilan pengembangan sektor
kepariwisataan, berarti akan
meningkatkan perannya dalam
penerimaan daerah, dimana
kepariwisataan merupakan
komponen utamanya dengan
memperhatikan juga faktor-faktor
yang mempengaruhinya,
seperti: jumlah obyek
wisata yang ditawarkan,
jumlah wisatawan yang berkunjung
baik domestik maupun internasional
dan tingkat hunian hotel
(Pendit,2003)
Hotel merupakan
suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau
seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan,
penginapan, makan dan
minuman, serta jasa penunjang
lainnya bagi umum
yang dikelola secara komersial. Pada dasarnya orang-orang yang menggunakan
jasa hotel adalah orang-orang
yang datang dengan berbagai
ragam tujuan, dengan maksud serta keperluan tertentu.
Hotel memilih
domisilinya di tempat-tempat
atau di lingkungan
daerah yang memiliki potensi
untuk dikunjungi, seperti panorama, adat
istiadat masyarakat, sosial,
budaya, pusat pemerintahan, pusat perdagangan, keagamaan, dan pusat kegiatan spiritual.
Hotel sebagai tempa ttinggal sementara harus dapat mencerminkan
pola kebudayaan masyarakatnya.
Hotel diharapkan dapat mencerminkan suasana
hunian yang dinamis, kreatif,
serta dapat menciptakan suasana yang
aman di tengah-tengah suasana yang
banyak campuran di daerah dimana hotel berlokasi
Dewasa ini bisnis
perhotelan semakin tumbuh dan berkembang di Indonesia. Di banyak daerah jumlah
tujuan (destinasi) pariwisata dan hotel semakin bertambah. Situasi yang sama
juga tampak di kota-kota besar, hotel dan bisnis pelayanan jasa atau
sejenisnya semakin tumbuh subur dan semakin bertambah. Persoalannya ialah
bagaimana mengelola industri jasa di atas menjadi sebuah perdagangan jasa yang maju
Sebagai industri
yang bergerak dalam bidang jasa industri
perhotelan di wilayah Sumatera Barat
juga tidak dapat lepas dari kondisi
persaingan yang ketat untuk memperebutkan pasar yang sedang menunjukan pertumbuhan ini.
Dalam tabel Tingkat Hunian Hotel di Sumatera Barat yang berkunjung di daerah
wisata Sumatera Barat menunjukkan perbedaan THK pada setiap bulannya
Tingkat kunjungan
wisatawan pada daerah Sumatera Barat cendrung berbeda-beda setiap bulannya. Hal
ini menjadi hal yang sangat krusial dalam bisnis pariwisata terutama pada
hunian hotel, sebab dunia bisnis pasti menginginkan agar tingkat hunian
hotelnya terus meningkat setiap bulannya agar keuntungan hotel yang mereka
kelola dapat terus signifikan.
Tabel 1.
Data statistik
menunjukkan Tingkat hunian kamar di hotel Non berbintang di Sumatera Barat
Bulan
|
Tingkat
Penghunian Kamar (TPK) Hotel di Sumatera Barat Non Berbintang
|
Januari
|
28.55
|
Februari
|
31.92
|
Maret
|
29.55
|
April
|
30.98
|
Mei
|
30.37
|
Juni
|
33.18
|
Juli
|
35.13
|
Agustus
|
30.65
|
September
|
28.51
|
Oktober
|
31.37
|
November
|
32.27
|
Desember
|
34.39
|
Tabel 1 dapat
dilihat bahwa Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Non berbintang di Sumatera
barat mengalami perbedaan pada setiap bulannya, pihak hotel tentu tidak
menginginkan hal ini terjadi, sudah barang tentu ada hal-hal tertentu yang
menyebabkan hal ini terjadi.
Tabel 2. Data Jumlah
Wisman melalui Bandara Internasional Minangkabau dan Tingkat Hunian Kamar pada Hotel
Berbintang di Sumatera Barat Tahun 2018
No
|
Bulan
|
Jumlah
Wisman Melalui BIM
|
Persentase
Kenaikan/
penurunan
|
THK
Rata-rata
|
Persentase
Kenaikan/
Penurunan
|
1
|
Januari
|
3.246 orang
|
↓ 62,39 Persen
|
47,34 persen
|
↓ 17,55 poin
|
2
|
Februari
|
4.459
orang
|
↑ 37,37 persen
|
53,51
persen
|
↑ 6,17 poin
|
3
|
Maret
|
5.057 orang
|
↑ 13,41 persen
|
53,47
persen
|
↓ 0,04 poin
|
4
|
April
|
4.286
orang
|
↓ 15,25
persen
|
60,30
persen
|
↑ 6,83 poin
|
5
|
Mei
|
2.995
orang
|
↓ 30,12 persen
|
49,96
persen
|
↓ 10,34 poin
|
6
|
Juni
|
4.549 orang
|
↑ 51,53 persen
|
48,57
persen
|
↑ 1,39 poin
|
7
|
Juli
|
5.099
orang
|
↑ 12,09 persen
|
58,09
persen
|
↑ 9,52 poin
|
8
|
Agustus
|
5.602
orang
|
↑ 9,84 persen
|
59,45
persen
|
↑ 1,36 poin
|
9
|
September
|
5.094
orang
|
↓ 9,07 persen
|
56,81
persen
|
↓ 2,64 poin
|
10
|
Oktober
|
4.050
orang
|
↓ 20,49 persen
|
65,06
persen
|
↑ 8,25 poin
|
11
|
November
|
5.118
orang
|
↑ 26,21
persen
|
65,35
persen
|
↓ 0,87 poin
|
12
|
Desember
|
4.801
orang
|
↓ 6,19 persen
|
58,59 persen
|
↓
6,76
poin
|
Sumber : Data BPS
Sumatera Barat 2018
Jumlah wisatawan mancanegara
(wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional
Minangkabau (BIM) dan Pelabuhan Teluk Bayur bulan Januari 2018 mencapai 3.246
orang, mengalami penurunan 62,39 persen dibanding wisman Desember 2017 yang
tercatat sebanyak 8.568 orang. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang
di Sumatera Barat bulan Januari 2018 mencapai rata-rata 47,34 persen; mengalami
penurunan 17,55 poin dibanding TPK bulan Desember 2017 sebesar 64,89 persen.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang
datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan
Februari 2018 mencapai 4.459 orang, mengalami peningkatan 37,37 persen
dibanding wisman Januari 2018 yang tercatat sebanyak 3.246 orang. Tingkat
Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Februari 2018
mencapai rata-rata 53,51 persen; mengalami peningkatan 6,17 poin dibanding TPK
bulan Januari 2018 sebesar 47,34 persen.
Jumlah wisatawan
mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara
Internasional Minangkabau (BIM) bulan Maret 2018 mencapai 5.057 orang,
mengalami peningkatan 13,41 persen dibanding wisman Februari 2018 yang tercatat
sebanyak 4.459 orang.Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di
Sumatera Barat bulan Maret 2018 mencapai rata-rata 53,47 persen; mengalami
penurunan 0,04 poin dibanding TPK bulan Februari 2018 sebesar 53,51 persen.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang
datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan
April 2018 mencapai 4.286 orang, mengalami penurunan 15,25 persen dibanding
wisman Maret 2018 yang tercatat sebanyak 5.057 orang. Tingkat Penghunian Kamar
(TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan April 2018 mencapai rata-rata
60,30 persen; mengalami peningkatan 6,83 poin dibanding TPK bulan Maret 2018
sebesar 53,47 persen.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang
datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan
Mei 2018 mencapai 2.995 orang, mengalami penurunan 30,12 persen dibanding
wisman April 2018 yang tercatat sebanyak 4.286 orang.Tingkat Penghunian Kamar
(TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Mei 2018 mencapai rata-rata
49,96 persen; mengalami penurunan 10,34 poin dibanding TPK bulan April 2018
sebesar 60,30 persen.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang
datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan
Juni 2018 mencapai 4.549 orang, mengalami peningkatan 51,53 persen dibanding
wisman Mei 2018 yang tercatat sebanyak 3.002 orang. Tingkat Penghunian Kamar
(TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Juni 2018 mencapai rata-rata
48,57 persen; mengalami peningkatan 1,39 poin dibanding TPK bulan Mei 2018
sebesar 49,96 persen.
Jumlah wisatawan
mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara
Internasional Minangkabau (BIM) bulan Juli 2018 mencapai 5.099 orang, mengalami
peningkatan 12,09 persen dibanding wisman Juni 2018 yang tercatat sebanyak
4.549 orang. Tingkat Penghunian Kamar
(TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Juli 2018 mencapai rata-rata
58,09 persen; mengalami peningkatan 9,52 poin dibanding TPK bulan Juni 2018
sebesar 48,57 persen
Jumlah wisatawan
mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara
Internasional Minangkabau (BIM) bulan Agustus 2018 mencapai 5.602 orang,
mengalami peningkatan 9,,84 persen dibanding wisman Juli 2018 yang tercatat
sebanyak 5.100 orang. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera
Barat bulan Agustus 2018 mencapai rata-rata 59,45 persen; mengalami peningkatan
1,36 poin dibanding TPK bulan Juli 2018 sebesar 58,09 persen
Jumlah wisatawan
mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara
Internasional Minangkabau (BIM) bulan September 2018 mencapai 5.094 orang,
mengalami penurunan 9,07 persen dibanding wisman Agustus 2018 yang tercatat
sebanyak 5.602 orang. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di
Sumatera Barat bulan September 2018 mencapai rata-rata 56,81 persen; mengalami
penurunan 2,64 poin dibanding TPK bulan Agustus 2018 sebesar 59,45 persen
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang
datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan
Oktober 2018 mencapai 4.050 orang, mengalami penurunan 20,49 persen dibanding
wisman September 2018 yang tercatat sebanyak
5.094 orang. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera
Barat bulan Oktober 2018 mencapai
rata-rata 65,06 persen; mengalami peningkatan 8,25 poin dibanding TPK bulan
September 2018 sebesar 56,81 persen.
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Akomodasi
Lainnya di Sumatera Barat bulan Oktober 2018 mencapai rata-rata 31,37 persen;
mengalami peningkatan 2,86 poin dibanding bulan September 2018 sebesar 28,51 persen.Rata-rata
lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang bulan Oktober 2018
tercatat selama 1,50 hari; naik 0,06 hari bila dibandingkan dengan September
2018 yang tercatat 1,44 hari.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang
datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan
November 2018 mencapai 5118 orang, mengalami peningkatan 26,21 persen dibanding
wisman Oktober 2018 yang tercatat sebanyak 4.055 orang.
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel
berbintang di Sumatera Barat bulan November 2018 mencapai rata-rata 65,35
persen; mengalami peningkatan 0,29 poin
dibanding TPK bulan Oktober 2018 sebesar 65,06 persen. Tingkat Penghunian Kamar
(TPK) Akomodasi Lainnya di Sumatera
Barat bulan November 2018 mencapai rata-rata 32,24 persen; mengalami
peningkatan 0,87 poin dibanding bulan Oktober 2018 sebesar 31,37 persen.
Jumlah wisatawan
mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara
Internasional Minangkabau (BIM) bulan Desember 2018 mencapai 4.801 orang,
mengalami penurunan 6,19 persen dibanding wisman November 2018 yang tercatat
sebanyak 5.118 orang.
Tingkat Penghunian
Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Desember 2018 mencapai
rata-rata 58,59 persen; mengalami penurunan 6,76 poin dibanding TPK bulan
November 2018 sebesar 65,35 persen.Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Akomodasi
Lainnya di Sumatera Barat bulan Desember 2018 mencapai rata-rata 34,39 persen;
mengalami peningkatan 2,15 poin dibanding bulan November 2018 sebesar 32,24 persen
Melalui makalah ini penulis akan berusaha untuk
menganalisa faktor-faktor apa saja yang kemungkinan menjadi faktor penyebab
terjadinya peningkatan ataupun penurunan terhadap Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel di
Sumatera barat.
B.
Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sabagai
berikut:
1.
Apa saja penyebab terjadinya
peningkatan ataupun penurunan pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel di Sumatera barat
2.
Apa saja faktor yang mempengaruhi
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel di Sumatera barat?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui penyebab terjadinya peningkatan ataupun penurunan pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel di Sumatera barat.
- Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel di Sumatera barat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permintaan
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel
Permintaan adalah
jumlah keseluruhan barang/jasa yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai
tingkat harga. Hukum permintaan menyatakan bahwa ketika harga suatu barang
meningkat, ceteris paribus (faktor-faktor lain dianggap tetap), jumlah
permintaan barang tersebut akan menurun (berbanding terbalik/negatif).
Permintaan yang terjadi dipasar ini dipengaruhi beberapa faktor lho, antara
lain:
1. Harga barang itu
sendiri
Apabila harga suatu barang semakin murah,
kecenderungan permintaan terhadap barang itu akan bertambah dan hal ini berlaku
juga sebaliknya.
2. Harga barang
lain yang terkait
Apabila harga barang substitusinya turun,
maka permintaan akan barang tersebut akan berkurang. Namun apabila harga barang
substitusinya naik, maka permintaan barang tersebut akan meningkat.
(hubungannya positif/berbanding lurus). Apabila harga barang komplementernya
turun, maka permintaan akan barang tersebut akan menurun pula. Sebaliknya, jika
harga barang komplementernya naik, maka permintaan akan barang tersebut akan
meningkat pula. (hubungannya negatif/berbanding terbalik)
3. Tingkat
Pendapatan
Tingkat
pendapatan konsumen akan menunjukkan daya beli konsumen. Semakin tinggi tingkat
pendapatan, maka semakin meningkat permintaan terhadap suatu barang tersebut.
Contohnya, di suatu pasar malam terdapat bazar baju murah, Caca memutuskan
hanya membeli satu baju seharga Rp80.000 karena Caca hanya memiliki penghasilan
Rp500.000/bulan. Berbeda dengan Amed yang berpenghasilan Rp1.000.000/bulan, ia
membeli 2 baju di bazar tersebut.
4. Selera
Masyarakat
Selera
atau kebiasaan juga akan memengaruhi permintaan suatu barang. Jika selera
masyarakat terhadap suatu barang meningkat, permintaan terhadap barang itu pun
akan meningkat.
Contoh,
celana panjang sedang menjadi tren sekarang, akibatnya jumlah permintaan model
celana panjang cenderung meningkat.
5. Jumlah Penduduk
Semakin
besar jumlah penduduk suatu daerah atau negara, semakin tinggi permintaan suatu
barang untuk harga tertentu.
6. Prediksi
Konsumen tentang Kondisi pada Masa Mendatang.
Bila
kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik, adalah lebih baik
membeli barang itu sekarang, sehingga mendorong orang untuk membeli lebih
banyak saat ini guna menghemat belanja di masa mendatang.
Seperti yang telah
diketahui bahwa produk utama (core product) dari sebuah hotel adalah kamar.
Jadi untuk melihat ramai atau tidaknya suatu hotel yaitu melalui tingkat hunian
kamarnya. Menurut Sugiarto (2002: 55), tingkat hunian kamar adalah suatu
keadaan sampai sejauh mana jumlah kamar terjual jika diperbandingkan dengan
seluruh jumlah kamar yang mampu untuk terjual.
Selain itu, menurut
Damardjati (2006: 121), tingkat hunian kamar adalah presentase dari kamar-kamar
yang terisi atau disewakan kepada tamu yang dibandingkan dengan jumlah seluruh
kamar yang disewakan, yang diperhitungkan dalam jangka waktu, misalnya harian,
bulanan, atau tahunan.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa tingkat hunian kamar adalah presentase dari jumlah kamar yang
terjual dibagi dengan jumlah total semua kamar yang tersedia.
Untuk mencari persentase
kamar, dapat digunakan rumusan menurut Sugiarto (2002: 56) sebagai berikut:
1. Persentase Rata-Rata Tingkat Hunian Hotel
Jumlah kamar yang terjual
a. % single occupancy =
----------------------------
x 100% ….… (7)
Jumlah kamar yang tersedia
Jmlh tamu – jmlh
kamar yg terjual
b. % double Occupancy = ----------------------------------- x100%…(8)
Jumlah kamar yang terjual
B. Pentingnya
Tingkat Hunian Kamar
Menurut Sugiarto
(2002: 10) tingkat hunian kamar adalah tolok ukur keberhasilan sebuah hotel.
Sementara itu, Sulastiyono (2008: 269) menuliskan bahwa usaha hotel yang
berhasil akan terlihat dari tingkat hunian kamarnya. Maka dapat disimpulkan
bahwa dengan tingginya tingkat hunian kamar sebuah hotel, secara tidak langsung
akan mempengaruhi penghasilan dan keuntungan hotel tersebut. Menurut
prakteknya, hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan
kamar hampir setengah dari pendapatan hotel rata-rata.
C. Penyebab kenaikan ataupun penurunan Tingkat
Penghunian Kamar (TPK) Hotel
1. Hari
Libur Selama Tahun 2018
Berdasarkan pada
data tabel 1 terjadi kenaikan dan penurunan yang tidak beraturan pada setiap
bulannya, penulis akan mencoba untuk menganalisa pada tanggal-tanggal penting
yang terjadi pada tahun 2018 yang kemungkinan menjadi salah satu faktor
penyebab terjadinya peningkatan atupun penurunan pada tingkat hunian hotel di
Sumatera Barat.
Selamat tahun 2018 pemerintah
telah menetapkan tanggal libur nasional selama tahun 2018 sebagai berikut :
1)
Tahun Baru 2018 – 1 Januari 2018
(Senin)
2)
Tahun Baru Imlek 2018 (2567) / Tahun
Baru China 2018 – 16 Februari 2018 (Jumat)
3)
Hari Raya Nyepi 2018 (Tahun Baru
Saka 1940) – 18 Maret 2018 (Minggu)
4)
Jumat Agung 2018 (Wafat Yesus
Kristus) – 30 Maret 2018 (Jumat)
5)
Paskah 2018 (Kebangkitan Yesus
Kristus) – 1 April 2018 (Minggu)
6)
Isra’ Mi’raj 2018 – 13 April 2018
(Jumat)
7)
Hari Buruh 2018 – 1 Mei 2018
(Selasa)
8)
Kenaikan Isa Almasih 2018 – 10 Mei
2018 (Kamis)
9)
Hari Raya Waisak 2018 – 29 Mei 2018
(Selasa)
10)
Hari Raya Idul Fitri 2018 (1439
H)/Lebaran 2018 – 15-16 Juni 2018 (Jumat – Sabtu)
11)
Hari Kemerdekaan RI 2018 – 17
Agustus 2018 (Jumat)
12)
Hari Raya Idul Adha 2018 (Idul
Kurban 2018) – 22 Agustus 2018 (Rabu)
13)
Tahun Baru Islam 2018 – 11 September
2018 (Rabu)
14)
Maulid Nabi Muhammad SAW – 20
November 2018 (Selasa)
15)
Hari Raya Natal 2018 – 25 Desember
2018 (Selasa).
2. Libur
Akhir semster
Jika
dianalisa data yang terilhat apada BPS 2018 terutama pada liburan akhir
semester ganjil minggu ke 4 bulan Desember 2018
tidak terjadi peningkatan jumlah kunjungan ke BIM dan tingkat penghunian
kamar hotel pada bulan tersebut malahan tidak mengalamai kenaikan yang terlalu
signifikan, akan tetapi liburan pada
akhir smester genap malahan mengalami kenaikan yang cukup signifikan
3. Libur
Perayaan hari besar keagamaan
Pada
liburan panjang yang terjadi selama liburan keagamaan misalnya pada libur Idul
Fitri dimana pada saat yang bersamaan ada tradisi dari perantau minang untuk
melakukan mudik kedaerah asal, menyebabkan terjadi kenaikan yang cukup
signifikan terhadap tingkat penghunian kamar hotel di Sumatera Barat. Akan
tetapi perayaan liburan keagamaan kristiani yakni liburan natal dan tahun baru
tidak mengalami kenaikan yang signifikan malahan mengalami penurunan.
Hal
ini seperti terjadi karena mayoritas penduduk Sumatera Barat yang mayoritas Islam sehingga banyak perantau yang tidak
pulang ke ranah minang, kemudian juga dikarenakan Sumatera Barat tidak
melakukan perayaan yang berlebihan terhadap hari raya Natal dikarenakan jumlah
pemeluk agama kristiani di Sumatera Barat yang cukup sedikit.’
D. Faktor yang mempengaruhi Tingkat Penghunian
Kamar (TPK) Hotel
Bisnis di bidang
perhotelan khususnya, merupakan industri jasa yang fluktuatif, karena tinggi
rendahnya tingkat hunian hotel sangatlah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor dari luar
perusahaan yang mencakup faktor sosial, ekonomi, dan kebijakan-kebijakan
pemerintah. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor internal disini merupakan
faktor dari dalam hotel itu sendiri yaitu; fasilitas-fasilitas apa saja yang
dimiliki oleh hotel dan juga kualitas pelayanannya. Salah satu jasa yang
diberikan pihak hotel adalah menyediakan karaoke dan resto atau sebagai tempat
makan dan minum.
Foster dalam
saduran Yoeti (2003: 55) menuliskan bahwa harga, kompetisi, dan permintaan
sangat mempengaruhi penjualan kamar. Sedangkan menurut Suartana (2006: 5), faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan tingkat hunian kamar antara lain
adalah lokasi hotel, fasilitas hotel, pelayanan kamar, harga kamar dan promosi.
Selain itu, dapat
pula ditemukan dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan sebagai
berikut:
Tsaia et. al (2005), dalam penelitiannya
menyatakan bahwa tarif kamar, fasilitas berjudi per ruang dan adanya kamar
utama adalah tiga faktor penentu dari fungsi penawaran ruang kamar yaitu untuk
memenuhi tingkat hunian kamar.
Chih-Min Pan (2006) melakukan penelitian
yang hasilnya menunjukkan bahwa permintaan pasar dan kapasitas kamar hotel
mempengaruhi tarif kamar. Sehingga dengan sesuaian penelitian Tsaia et. al
(2005) yang menyatakan bahwa tarif kamar berpengaruh terhadap fungsi penawaran
ruang kamar atau bertambahnya tingkat hunian hotel, maka secara tidak langsung
permintaan pasar dan kapasitas kamar hotel juga mempunyai hubungan dengan
partumbuhan tingkat hunian kamar.
Pratiwi dan Wahyudin (2007), dalam
penelitiannya menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
hunian hotel antara lain fasilitas,
kualitas pelayanan, kepuasan, promosi, dan harga.
1)
Fasilitas adalah
sumberdaya fisik yang
ada sebelum suatu
jasa dapat ditawarkan kepada
konsumen (Tjiptono,1997), Sedangkan
menurut Sulastiyono (2006) fasilitas
adalahpenyediaan perlengkapan
–perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan
kepada para tamu
dalam melaksanakan aktivitas –aktivitasnya atau
kegiatan –kegiatannya,
sehingga kebutuhan
-kebutuhan tamu dapat terpenuhi
selama tinggal dihotel.
Segala fasilitas yang ada
yaitu kondisi fasilitas,
kelengkapan, desain interior dan eksterior serta kebersihan fasilitas harus
diperhatikan terutama yang berkaitan erat dengan apa yang dirasakan atau
didapat konsumen secara langsung.
Pelanggan memang harus
dipuaskan, sebabkalau tidak puas
akan meninggalkan perusahaan dan menjadi pelanggan pesaing. Hal ini akan menyebabkan
penurunan penjualan dan
pada gilirannya akan
menurunkan laba.
2)
Kualitas pelayanan
merupakan tolak ukur
dalam menentukan keputusan pembelian atau
tidaknya seorang pengguna
jasa, karena melalui
kualitas pelayanan akan dapat
menilai kinerja dan
merasakan puas atau
tidaknya mereka dengan layanan
yang diberikan oleh penyedia jasa. Zeithaml
(1998) berpendapat bahwa
kualitas pelayanan merupakan
hasil penilaian pelanggan atas
keunggulan atau keistimewaan layanan
secara menyeluruh. Bila penilaian
yang dihasilkan merupakan
penilaian yang positif, maka kualitas layanan ini akan
berdampak pada terjadinya keputusan pembelian.
Banyak
faktor dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan. Menurut Prasetio (2012), kualitas
pelayanan dan harga merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
pelanggan. Sedangkan pada penelitian Masruri dan Marliani (2012) dan Haryanto
(2013), fasilitas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
pelanggan. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud mengembangkan hasil ketiga
peneliti tersebut menjadi topik yang baru.
Kualitas
pelayanan merupakan besarnya perbedaan antara harapan atau keinginan pelanggan
dengan tingkat persepsi mereka (Laksana,2008:88). Kualitas pelayanan sangat
tergantung dari kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan, hal ini
memberikan gambaran bahwa kualitas pelayanan meliputi pegawai yang memberikan
pelayanan kepada pelanggan.
3)
Kepuasan
Aydin dan
Ozer (2004) dalam
Retansa (2009) menjelaskan
pentingnya kualitas pelayanan untuk meningkatkan profitabilitas dan
kesuksesan perusahaan. Kualitas pelayanan berkaitan
dengan keputusan pelanggan,
kesempurnaan total atau superioritas
pelayanan perusahaan. Untuk
lebih memahami konsep
kualitas pelayanan, adapun beberapa atribut yang harus kita mengerti
terlebih dahulu yang berkaitan dengan kualitas pelayanan, yaitu:1.Pelayanan
merupakan sesuatu yang tak terlihat (intangible). 2.Pelayanan merupakan
sesuatu yang heterogen, artinya
dalam pengukuran kinerja suatu
jasa sering bervariasi,
tergantung dari sisi penyediajasa dan pelanggan.3.Pelayanan
tidak dapat ditempatkan dalam suatu kinerja waktu tertentu, sehingga
penilaiannya dilakukan sepanjang waktu.
4)
Promosi
Promosi
yang digunakan menarik para wisatwan untuk mencoba paket hunian yang akan
diberikan oleh para pengelola hotel
5)
Harga
Harga
merupakan segala sesuatu yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan
keunggulan yang ditawarkan oleh bauran pemasaran perusahaan (Cannon, dkk,2008:176).
Agar sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus
menetapkan harganya secara tepat.
Agar
sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus
menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan unsur bauran pemasaran yang
bersifat fleksibel, artinya dapat dirubah dengan cepat (Tjiptono,2008:151).
Pada
tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka
nilainya akan meningkat pula. Demikian pula sebaliknya, pada tingkat harga
tertentu, nilai suatu barang atau jasa akan meningkat seiring dengan
meningkatnya manfaat yang dirasakan. Seringkali pula dalam penentuan nilai
suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan kemampuan suatu barang atau jasa
dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan barang atau jasa substitusi
(Tjiptono,2008:152).
Dari
pernyataan-pernyataan dan beberapa penelitian yang telah diakukan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa tarif atau harga kamar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat hunian kamar.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Tingkat hunian
hotel merupakan tolak
ukur keberhasilan hotel
dalam menjual produknya, salah satunya adalah kamar. Tingkat hunian
hotel dipengaruhi oleh beberapa faktor yang datang dari luar dan dalam hotel:
1. Internal
1) Letak lokasi hotel
2) Fasilitas kamar
3) Jenis makanan yang
disajikan
4) Kenyamanan
2. Eksternal.
1) Hari libur sekama tahun 2018
2) Libur akhir semester
3) Libur
perayaan hari besar keagamaan
Keseluruhan faktor tersebut
ternyata bisa mempengaruhi permintaan Tingkat Penghunian Kamar Hotel di
sumatera barat.
B. SARAN
1.
Bagi pembuat kebijakan sebaiknyanya
menyediakan sarana dan prasana pendukung yang baik untuk pengembangan
pariwisata di Sumatera BArat sehingga pelaku bisnis Hotel dapat memanfaatkannya
sebaik mungkin
2.
Bagi pelaku bisnis perhotelan,
manfaatkanlah pengembangan pariwisata yang telah dan lagi di kembangkan oleh
pemerintahan daerah untuk menyediakan hunian hotel yang mewah dan nyaman serta
akses yang pelayanan yang mudah dan murah sehingga para wisatawan bisa nyaman
dalam berpariwisata
3.
Dalam momen liburan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah seharusnya para pelaku bisnis hotel dapat
memanfaatkan monent tersebut untuk meningkatkan penawaran mereka kepada
wisatawan dengan menyediakan paket hunian yang mampu menarik para wisatawan
untuk menginap di hotel mereka
4.
Para Pengusaha hotel harus mampu
menciptakan bisnis hunia ini menjadi bisnis yang mneggiurkan sehingga tingkat
permintaan terhadap (Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dapat meningkatkan setiap
bulannya tanpa harus menunggu tanggal ataupun momen liburan
DAFTAR PUSTAKA
Aydin
dan Ozer. (2004).
Dalam Retansa. (2009).
Dalam Budiyanto dan Yunus. (2014). "Pengaruh Kualitas
Pelayanan Dan Fasilitas
Terhadap Kepuasan
Pelanggan". Skripsi. Surabaya: STIESIA
Berry,L., Zeithaml,V.,
Parasuraman,A., (1998)’The Service-Quality Puzzle’,Business Horizons.
Cannon, Joseph
P., William D.
Perreault Jr. dan
Jerome McCarthy. 2008.
Alih Bahasa :
Diana Angelica dan
Ria Cahyani. Dasar-Dasar Pemasaran
: Pendekatan Manajerial Global.
Buku 2. Edisi
16. Salemba Empat. Jakarta
Damanik, Janianton.
(2006). Perencanaan
Ekowisata.Yogyakarta: C.V Andi OFFSET
Damardjati, R.S.
(2006). Istilah-istilah
Dunia Pariwisata. Jakarta
: PT. Pradnya Paramita
Pendit, S Nyoman. (2003). Ilmu
Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya Paramitag
Sugiyono.
(2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta
Tjiptono, Fandy. 1998. “Strategi
Pemasaran” Yogyakarta: Andi Offset
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi
Pemasaran. Edisi 3. Andi: Yogyakarta.
Sugiarto, Endar, 2002. Hotel Front
Office Administration (Administrasi Kantor Depan Hotel), Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Yoeti, A Oka (2006). Tours and
Travel. Jakarta : PT PRADNYA PARAMITA
Atmawati, R dan M, Wahyudin. 2007.
Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Matahari
Departement Store Di Solo Grand Mall.Surakarta: Jurnal Daya Saing, Program
MM-UMS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar