HASIL RESUME
BAB III
ONTOLOGI:
HAKIKAT APA YANG DIKAJI
Der Herr Gott wurfelt nicht! (
tuhan tidak melempar dadu!) Albert Einstein (1879-1955)
6.
Metafisika
Beberapa tafsiran metafisika
1) Animisme
merupakan kepercayaan yang berdasarkan pemikiran yang supernaturalisme ini;
dimana manusia percaya terdapat roh-roh yang bersifat gaib yang terdapat dalam
benda-benda seperti batu, pohon dan air terjun.
2) Sebagai
lawan dari supernaturalisme maka terdapat paham naturalisme yang menolak
pendapat bahwa terdapat ujud-ujud yang bersifat supernatural ini. Materialisme,
yang merupakan paham berdasarkan naturalisme ini, berpendapat bahwa
gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaru kekuatan yang bersifat gaib,
melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat
dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.
3) Kaum
mekanistik melihat gejala alam ( termasuk makhluk hidup hanya merupakan gejala
kimia-fisika semata.
4) Sedangkan
bagi kaum vitalistik hidup adalah suatu unik yang berbeda secara substantif dengan
proses tersebut diatas.
Ilmu
merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya.
Kalau memang itu tujuannya maka kita tidak bisa melepaskan diri dari
masalah-masalah yang ada didalamnya, bukan? Makin jauh kita beravontur dalam
penjelajahan ilmiah masalah-masalah tersebut diatas mau tidak mau akan timbul:
apakah dalam batuan-batuan yang saya pelajari dilaboraturium terpendam proses
kimia-fisika atau bersembunyi roh yang halus? Apakah manusia yang begitu hidup:
7.
Asumsi
Untuk
meletakkan ilmu dalam perspektif filsafat ini marilah kita bertanya kepada diri
sendiri apakah sebenarnya yang ingin dipelajari ilmu. Apakah ilmu ingin
mempelajari hukum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia,seperti yang
dicoba dijangkau dalam ilmu-ilmu sosial,ataukah cukup yang berlaku bagi sebagia
besar dari mereka? Atau bahkan mungkin juga kita tidak mempelajari hal-hal yang
berlaku
Konsekuensi dari piihan ini adalah jelas,sebab sekiranya
kita memilih hukuin kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, maka kita harus
bertolak dari paham determinisme. Sekiranya kita memilih hukum keja diare yang
bersifat khas bagi tiap individu manusia maka kita berpaling kepada paham
pilihan bebas. Sedangkan posisi tengah yang terletak diantara keduanya
mengantarkan kita kepada paham yang bersifat probabilistik.
8.
Peluang
Peluang
0.8 secara sederhana dapat diartikan bahwa probabilitas untuk turun hujan esok
adalah 8 dari 10 ( yang merupakan kepastian). Atau sekiranya saya merasa pasti
(100 persen) bahwa esok akan turun hujan maka saya akan berikan peluang 1.0.
atau dengan perkataan lain yang lebih sederhana, peluang 0.8 mencirikan bahwa
pada 10kali ramalan akan tentang jatuh hujan, 8 kali memang hujan itu turun,
dan dua kali ramalan itu meleset.
Jadi,
biarpun kita memounyai peluang 0.8 bahwa hari akan hujan, namun masih terbuka
kemungkinan bahwa hari tidak akan hujan ?
“ benar demikian,” sahut ilmuwan.1)
9.
Beberapa Asumsi Dalam Ilmu
Masalah
asumsi ini menjadi lebih rumit lagi kalau kita berbicara tentang ilmu-ilmu
sosial seperti tercermin dalam anekdot dibawah ini:
Manusia
yang neurotik adalah mereka yang membangun rumah diatas awan
Manusia
yang psikotik adalah mereka yang tinggal didalamnya
Mereka
yang psikiater adalah mereka yang menagih sewanya
(siapakah kau sebenarnya
oh...manusia!) jawabnya tergantung kepada situasinya: dalam kegiatan ekonomis
maka dia makhluk ekonomi,dalam politik maka dia political animal,dalam
pendidikan dia homo educandung. Dan kotak-kotak manusia makin lama makin banyak
dan makin sempit seperti kata Fariduddin Attar:
dalam mengembangkan
asumsi ini maka harus diperhatikan beberapa hal.
1) Pertama,
asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin
keilmuwan. Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar dari “pengkajian
teoritis” kedengarannya memang filsafati namun tidak mempunyai arti
apa-apa dalam penyusunan teori-teori
administrasi.
2) Kedua,asumsi
ini harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan “bagaimana
keadaan yang seharusnya”.
“apakah
asumsi yang mendasari teori ilmiah yang saudari pakai sebagai dasar dalam
pengkajian disertai saudara?” tanya seorang penguji kepada seorang yang sedang
promosi. Promofendus kita ini agak terkejut sebab belum pernah didengarnya
bahwa ilmu yang dia pelajari dan sekarang menjadi spesialisasinya mempunyai
asumsi segala. Dengan terbata-bata dia berkata,”saya tidak tahu apakah yang
sebenarnya yang bapak maksudkan dengan asumsi .” “Asumsi itu pengertiannya
sederhana saja, kawan yang terpelajar,” jawab penguji kita, “saya asumsikan
bahwa saudara sudah siap dengan asumsi ilmu yang menjadi spesialisasi saudara,
ternyata asumsi saya salah, sebab apa? Sebab jangankan saudara tahu asumsi yang
mendasari ilmu saudara bahkan saudara tidak tahu apa yang disebut asumsi ...”
10.
Batas-batas Penjelajahan Ilmu
Apaakah batas yang merupakan
lingkup penjejalahan ilmu? Diamanakah ilmu berhenti dan menyerah kan pengkajian
selanjutnya kepada pengetahuan lain? Apakah yang menjadi karakteristik obyek
ontologis ilmu ysng mebedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya? Jawab
dari semua pertanyaan itu adalah sangat sederhana: ilmu memulai penjelajahan
nya pada pengalaman manusia dan berhenti dibatas pengalama manusia. Apakah ilmu
mempelajari hal ihwal surga dan neraka? Jawab nya adalah tidak;sebab surga dan
neraka berada di luar jangkauan pengalaman manusia. Apakah lmu mempelajari
sebab musabab kejadian teciptanya manusia? Jawannya juga adalah tidak; sebab
kejadian itu berada di luar jangkauan pengalaman kita. Baik hal-hal yang
terjadi sebelm hidup kita,maupun apa-apa yang terjadi sesudah kematian
kita,semua itu berada di luar penjelajahan ilmu.
Mengapa
ilmu membatasi dari pada hal-hal yang berbeda dalam batas pengalaman kita?
Jawab nya terletak pada fungsi ilmu iu sendiri dalam kehidupan manusia: yakni
sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulagi masalah-masalah yang
dihadapinya sehari-hari. Ilmu diharapkan membantu kita dalam memerangi
penyakit, membangun jembatan, membikin irigasi, membangkitkan tenaga listrik,
mendidik anak, memeratakan pendapat nasional dan sebagainya, persoalan mengenai
hari kemudian tidak akan kita tanyakan kepada ilmu, melainkan kepada agama
sebab agamalah pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah seperti itu1)
Cabang-cabang
Ilmu
Pada dasarnya
cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat
alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan
filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang ilmu-ilmu sosial (the
social sciences). Ilmu-ilmu alam membagi diri kedalam dua kelompok lagi yakni
ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences).
Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam
bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia(mempelajari
substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit) dan ilmu bumi (atau
the earth science yang mempelajari bumi kita ini).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar