Jumat, 24 Mei 2019

ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI


HASIL RESUME
BAB III
ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI
Der Herr Gott wurfelt nicht! ( tuhan tidak melempar dadu!) Albert Einstein (1879-1955)
6. Metafisika
Beberapa tafsiran metafisika
1)      Animisme merupakan kepercayaan yang berdasarkan pemikiran yang supernaturalisme ini; dimana manusia percaya terdapat roh-roh yang bersifat gaib yang terdapat dalam benda-benda seperti batu, pohon dan air terjun.
2)      Sebagai lawan dari supernaturalisme maka terdapat paham naturalisme yang menolak pendapat bahwa terdapat ujud-ujud yang bersifat supernatural ini. Materialisme, yang merupakan paham berdasarkan naturalisme ini, berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaru kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.
3)      Kaum mekanistik melihat gejala alam ( termasuk makhluk hidup hanya merupakan gejala kimia-fisika semata.
4)      Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah suatu unik yang berbeda secara substantif dengan proses tersebut diatas.
            Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya. Kalau memang itu tujuannya maka kita tidak bisa melepaskan diri dari masalah-masalah yang ada didalamnya, bukan? Makin jauh kita beravontur dalam penjelajahan ilmiah masalah-masalah tersebut diatas mau tidak mau akan timbul: apakah dalam batuan-batuan yang saya pelajari dilaboraturium terpendam proses kimia-fisika atau bersembunyi roh yang halus? Apakah manusia yang begitu hidup:
7. Asumsi
            Untuk meletakkan ilmu dalam perspektif filsafat ini marilah kita bertanya kepada diri sendiri apakah sebenarnya yang ingin dipelajari ilmu. Apakah ilmu ingin mempelajari hukum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia,seperti yang dicoba dijangkau dalam ilmu-ilmu sosial,ataukah cukup yang berlaku bagi sebagia besar dari mereka? Atau bahkan mungkin juga kita tidak mempelajari hal-hal yang berlaku
            Konsekuensi dari piihan ini adalah jelas,sebab sekiranya kita memilih hukuin kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, maka kita harus bertolak dari paham determinisme. Sekiranya kita memilih hukum keja diare yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka kita berpaling kepada paham pilihan bebas. Sedangkan posisi tengah yang terletak diantara keduanya mengantarkan kita kepada paham yang bersifat probabilistik.
8. Peluang
            Peluang 0.8 secara sederhana dapat diartikan bahwa probabilitas untuk turun hujan esok adalah 8 dari 10 ( yang merupakan kepastian). Atau sekiranya saya merasa pasti (100 persen) bahwa esok akan turun hujan maka saya akan berikan peluang 1.0. atau dengan perkataan lain yang lebih sederhana, peluang 0.8 mencirikan bahwa pada 10kali ramalan akan tentang jatuh hujan, 8 kali memang hujan itu turun, dan dua kali ramalan itu meleset.
            Jadi, biarpun kita memounyai peluang 0.8 bahwa hari akan hujan, namun masih terbuka kemungkinan bahwa hari tidak akan hujan ?
“ benar demikian,” sahut ilmuwan.1)
9. Beberapa Asumsi Dalam Ilmu
            Masalah asumsi ini menjadi lebih rumit lagi kalau kita berbicara tentang ilmu-ilmu sosial seperti tercermin dalam anekdot dibawah ini:
            Manusia yang neurotik adalah mereka yang membangun rumah diatas awan
            Manusia yang psikotik adalah mereka yang tinggal didalamnya
            Mereka yang psikiater adalah mereka yang menagih sewanya
(siapakah kau sebenarnya oh...manusia!) jawabnya tergantung kepada situasinya: dalam kegiatan ekonomis maka dia makhluk ekonomi,dalam politik maka dia political animal,dalam pendidikan dia homo educandung. Dan kotak-kotak manusia makin lama makin banyak dan makin sempit seperti kata Fariduddin Attar:
            dalam mengembangkan asumsi ini maka harus diperhatikan beberapa hal.
1)      Pertama, asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuwan. Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar dari “pengkajian teoritis” kedengarannya memang filsafati namun tidak mempunyai arti apa-apa  dalam penyusunan teori-teori administrasi.
2)      Kedua,asumsi ini harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan “bagaimana keadaan yang seharusnya”.
            “apakah asumsi yang mendasari teori ilmiah yang saudari pakai sebagai dasar dalam pengkajian disertai saudara?” tanya seorang penguji kepada seorang yang sedang promosi. Promofendus kita ini agak terkejut sebab belum pernah didengarnya bahwa ilmu yang dia pelajari dan sekarang menjadi spesialisasinya mempunyai asumsi segala. Dengan terbata-bata dia berkata,”saya tidak tahu apakah yang sebenarnya yang bapak maksudkan dengan asumsi .” “Asumsi itu pengertiannya sederhana saja, kawan yang terpelajar,” jawab penguji kita, “saya asumsikan bahwa saudara sudah siap dengan asumsi ilmu yang menjadi spesialisasi saudara, ternyata asumsi saya salah, sebab apa? Sebab jangankan saudara tahu asumsi yang mendasari ilmu saudara bahkan saudara tidak tahu apa yang disebut asumsi ...”
10. Batas-batas Penjelajahan Ilmu
Apaakah batas yang merupakan lingkup penjejalahan ilmu? Diamanakah ilmu berhenti dan menyerah kan pengkajian selanjutnya kepada pengetahuan lain? Apakah yang menjadi karakteristik obyek ontologis ilmu ysng mebedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya? Jawab dari semua pertanyaan itu adalah sangat sederhana: ilmu memulai penjelajahan nya pada pengalaman manusia dan berhenti dibatas pengalama manusia. Apakah ilmu mempelajari hal ihwal surga dan neraka? Jawab nya adalah tidak;sebab surga dan neraka berada di luar jangkauan pengalaman manusia. Apakah lmu mempelajari sebab musabab kejadian teciptanya manusia? Jawannya juga adalah tidak; sebab kejadian itu berada di luar jangkauan pengalaman kita. Baik hal-hal yang terjadi sebelm hidup kita,maupun apa-apa yang terjadi sesudah kematian kita,semua itu berada di luar penjelajahan ilmu.
            Mengapa ilmu membatasi dari pada hal-hal yang berbeda dalam batas pengalaman kita? Jawab nya terletak pada fungsi ilmu iu sendiri dalam kehidupan manusia: yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulagi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Ilmu diharapkan membantu kita dalam memerangi penyakit, membangun jembatan, membikin irigasi, membangkitkan tenaga listrik, mendidik anak, memeratakan pendapat nasional dan sebagainya, persoalan mengenai hari kemudian tidak akan kita tanyakan kepada ilmu, melainkan kepada agama sebab agamalah pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah seperti itu1)
Cabang-cabang Ilmu
Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang ilmu-ilmu sosial (the social sciences). Ilmu-ilmu alam membagi diri kedalam dua kelompok lagi yakni ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia(mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit) dan ilmu bumi (atau the earth science yang mempelajari bumi kita ini).
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas online tahap 2 Tentang Pajak, Perdagangan dan Kerjasama Internasional

TUGAS ONLINE PERIODE 3 APRIL 2020 S/D 16 APRIL 2020 Kelas   : XI IPA & IPS Mapel : Ekonomi Guru    : Aidil Putra, S.Pd ...